“ Maaf, Vin. Aku nggak bisa.”
“ Tapi kenapa, Din ?”
Dinda terdiam.
“ Din, jawab,Din! Apa kamu nggak suka sama aku ?”
“ kenapa kamu berpikir kalau aku suka sama kamu ?”
“ Dari cara kamu liat aku, dari gerak tubuh kamu kalau ketemu aku. Din, aku tau kamu punya perasaan yang sama kayak aku. Aku Tanya kamu sekali lagi. Kamu mau kan jadi pacar aku ?” Vino menatap mata Dinda.
“ Maaf, vin. Aku nggak bisa.” Dinda pergi.
“ Gue tau lo suka sama gue. Kenapa sih lo nggak mau jujur sama perasaan lo sendiri ?”
Dinda tak berhenti selangkahpun.
*****
“ Adek…” Dinda langsung mencari adiknya saat ia pulang ke rumah.
“ Sssttt…” Mama menghentikan panggilan Dinda. Mama berdiri di depan pintu kamar Pipi, adik Dinda.
“ Adikmu lagi tidur.” Lanjut Mama.
“ Tumben adek tidur siang.” Dinda masuk ke kamar Pipi diikuti Mamanya.
“ Ma.”
Mama menghentikan langkahnya.
“ Adek belum tau, ya, Ma?”
“ Mama nggak tega ngasih tau adekmu. Mama nggak bisa ngebayangin kalau adekmu sampai tau. Mama nggak mau adekmu sedih…” jawab Mama lirih.
Pipi menderita tumor otak. Kasihan Pipi… Batin Dinda.
*****
Dinda merebahkan diri di tempat tidur kamarnya. Dinda menghirup udara sedalam- dalamnya dan menghembuskannya. Batinnya benar- benar tertekan, pertemuannya dengan Vino tadi siang benar- benar membuatnya sedih. Bagaimana tidak ?! Dinda baru saja menolak mentah – mentah cinta pangeran pujaan hatinya. Vino. Tapi itu jauh lebih baik daripada ia harus kehilangan sahabatnya, Mawar. Mawar menyukai Vino. Dinda memejamkan matanya. Ia tertidur.
*****
“Din !!! Dindaaa …. !!!!”
Suara teriakan itu membangunkan Dinda.
“Dinda !!!! cepat ke sini ….!!!!!!”
Dinda menyadari kalau itu suara mamanya. Dinda langsung menuju kamar Pipi.
“ Ada apa, Ma ?”
Pipi, Din!! Pipi!!!” wajah mama panik.
Pipi meringis kesakitan memegangi kepalanya.
“ kepala Pipi sakit lagi! Cepat bantu Mama angkat adek ke mobil!”
Pipipun dibawa ke rumah sakit.
Suasana panic dan ketakutan benar – benar menyelimuti perasaan Dinda. Dinda takut sesuatu yang buruk terjadi. Gimana kalau Pipi pergi ? gimana kalau Pipi nyusul Papa dua tahun yang lalu ?! Gimana kalau Pipi nggak bisa diselamatkan lagi ? ah, nggak !! Aku harus berpikir positive. Pipi pasti selamat. Dinda berusaha menenangkan dirinya. Meskipun ia tidak yakin sepenuhnya.
Setelah empat jam menunggu, akhirnya dokter pun keluar dari ruang operasi.
“ Gimana keadaan anak saya, dok ?” Mama langsung menanyai dokter.
Dokter menggeleng.
“ kenapa dok ? ada apa dengan Pipi ?”
“ Maaf. Kami sudah berusaha semampu kami. Tapi Pipi tak bisa diselamatkan lagi.”
Pernyataan dokter benar – benar menghantam hati Mama dan Dinda.
“ Ini nggak mungkin !” Mama menangis di pelukan Dinda.
*****
Dinda duduk di kursi taman dekat rumahnya. Dinda menghirup udara segar yang susah didapatnya sejak kepergian Pipi dua hari yang lalu. Dipandanginya bunga- bunga lili di depannya. Air matanya jatuh lagi. Sosok pipi terbayang lagi di kepalanya. Dinda berusaha tegar, ia mengusap air matanya.
Seseorang mengulurkan sapu tangan ke arahnya. Dinda melihat ke arah orang itu. “ Vino ?” Dinda mengambil sapu tangan itu dan mengusap air matanya.
“ Mawar tau soal ini ?”
Dinda menggeleng. Dinda sendiri bingung kenapa Mawar sama sekali tidak menemuinya.
“Din.”
“Vin!” Dinda memotong. “ Biarin aku sendiri dulu.”
“oke.” Vino berdiri. “ Hmm…Din, maaf, ya soal kemarin. Aku Cuma….” Kalimatnya tercekat. Dinda meninggalkannya tanpa pamit.
Dinda berjalan mengitari taman. Saat ia memegang bunga melati, di seberang jalan terlihat mawar. Mawar melihat Dinda, dan menghampirinya.
“ o jadi kamu di sini ?!” wajah Mawar kurang bersahabat. Dinda tak menanggapinya.
“ kenapa dua hari ini nggak ke kampus?”
“War, jangan banyak Tanya dulu.”
“aku tau jawabannya! Aku tau dan aku ngerti banget gimana nggak enaknya kalau kita udah makan teman sendiri!!”
“ aku nggak ngerti.”
“ emang pinter ngeles, ya, lo?! Kamu piker aku nggak tau kalau Vino nembak kamu ?! Kamu pikir aku sebodoh itu ?! tega,ya, kamu! Aku nggak nyangka kamu kayak gini! Aku tau Vino bukan pacar aku! Tapi apa aku nggak pernah kasih tau kamu kalau aku suka sama dia?! Aku pikir kamu tuh sahabat aku !” Mawar hamper menangis.
Begitu juga Dinda. Bahkan ia tidak kuat lagi. Diambilnya langkah demi langkah dalam larinya ke rumah.
Dinda masuk kamar. Menangis sejadi- jadinya. Dia benar –benar tidak menyangka Mawar mengatakan itu! Ia pikir Mawar akan menghiburnya, meringankan sedikit kesedihannya. Tapi ternyata apa?!
Dear Diary,,
Diary, sampaikan surat ini ke Pipi di surge, ya…
Pipi,kenapa, ya, sejak kamu pergi masalah dating bertubi – tubi? Kakak nggak sanggup, Pi! Pipi tau kak Vino yang sering kakak ceritakan itu? Dia nembak kakak,Pi! Kakak bingung harus senang atau apa ngga. Tapi kakak udah mantapkan hati kakak. Kakak nggak mau nyakitin hati kak Mawar. Tapi kenapa Mawar nggak ngerti, Pi?!!! Kenap dia marah dan nyangka kakak sebaliknya ? Kenapa Mawar malah bilang kalau Kakak ngerebut Vino?!! Kenapa,Pi?!! Kenapa Mawar nggak pernah ngertiin kakak?! Bahkan dia nggak tau kalau kamu udah nggak ada, Pi!! Pipi… Kakak mau ikut kamu aja…. Kakak nggak sanggup, Pi!! Pi, jemput kakak….
Dinda melepas kertas itu dari Diarynya lalu dibentuknya menjadi pesawat kertas. Kemudian diterbangkannya lewat jendela. Entah mengapa Dinda mengikuti terbangnya pesawat itu. Sampai di tengah jalan, Dinda menghjentikan langkahnya. Seseorang memanggilnya.
“Dinda!” ternyata mawar memanggilnya. Mawar berlari mendekati Dinda.
“Mawar?” Dinda tak percaya.” Din!! Dinda!!! “ Mawar berteriak panic.
Brakk!!! Dinda tertabrak mobil. Mawar mempercepat larinya dan menghampiri Dinda yang tergeletak. Darah mengucur dari kepala dan hidungnya.
”Din !! Dinda !! bangun Din !!” mawar menggoncangkan tubuh Dinda. Mawar mencari denyut nadi Dinda, tak berdenyut! Jantung tak berdetak !!
”Nggak, ini nggak mungkin! Dinda maafin aku Din! Din, aku udah tau semuanya. Dinda bangun, Din!! Dinda!!!” Mawar pingsan.
*****
”Kamu udah sadar, War?” terlihat sesosok Vino dimata Mawar. Mawar langsung bangun dan panik.
“Vin, aku mimpi… aku mimpi kalo Dinda…” Mawar menangis.
Vino menggeleng dan hampir menangis pula. ”itu bukan mimpi, War.”
”nggak,, ini nggak mungkin...”
”ini aku temuin di dekat kejadian. ”Vino menyerahkan pesawat kertas Dinda. Mawar membaca surat itu dengan perasaan yang sangat menyesal.
”Dinda maafin aku.. ini semua gara-gara aku! Ini semua gara-gara aku Vin! Coba kalo aku dengerin dia! Coba kalo aku nggak egois! Coba kalo aku...”
”Mawar udah,War.” Vino memeluk Mawar.
Mawar melepas pelukan Vino. Mawar mwngambil sebuah kertas dan dibentuknya pesawat. Di sayapnya, Mawar tulis, Pi, kak Dinda udah nyampe belum?? Kalo kak Dinda udah nyampe nanti, bilangin salam dari kak Mawar yah…!! Lalu pesawat itu terbang entah kemana. Kemana pun pesawat itu mendarat, Dinda pasti akan tau. Karena Dinda adalah sahabatnya.
“seorang sahabat pasti akan mendengar jerit sahabatnya... cepat... ataupun lambat....”
**SELESAI**
By : wa_yha
27-02-2010
1 komentar:
alap wa_yha..........
Posting Komentar